Jumat, 07 Oktober 2011

kesadaran fisika kuantum

Tawaran aktivasi otak dengan brainwave kini semakin marak. Bila kita jelajah melalui internet, iklannya banyak sekali. Teknologi neuroscience berupa biofeedback atau biasa disebut juga sebagai neurofeedback kini di Indonesia menjadi komoditas perdagangan umum. Padahal biofeedbacksebenarnya adalah alat kedokteran (medical device), yang oleh Food And Drugs Administration (FDA) suatu badan pengawas obat dan makanan milik Amerika dinyatakan bahwa alat ini dilarang dijual ke masyarakat. Hanya tenaga profesi yang mempunyai lisensi yang berhak menggunakannya. Hal ini demi menjaga keamanan masyarakat. Namun dalam perjalanan waktu perkembangan neuroscience ini banyak diambil alih oleh para meditator untuk mencapai tingkat konsentrasi yang tinggi. Ia kemudian berkembang di kalangan New Ager mancanegara.
Dengan menggunakan musik dan film, para New Ager melakukan meditasi tidak lagi dengan sikap meditasi berdiam diri, namun lebih rileks dalam mengkonsentrasikan diri. Duduk setengah tidur dan menonton film video dan mendengarkan suara . Film video dan musik ini dirancang dengan maksud untuk mengaktivasi otak yang efeknya sebagaimana kondisi meditasi. Terapi ini sering juga disebut Terapi Kuantum asal kata dari fisika kuantum. Dengan cara ini dipublikasi oleh para New Ager ini dapat juga menghasilkan keuntungan luar biasa bahkan bisa mempunyai 1001 manfaat. Mulai dari memperbaiki memori, meningkatkan inteligensi, menstabilkan hormon tubuh, menstabilkan kesehatan fisik dan psikologis, mengurangi stress, menghindari gangguan jiwa dan depresi. Bahkan Deepak Chopra dari California seorang guru New Age berani mengatakan bisa merubah protein di tingkat DNA yang dengan begitu akan merubah dan memutasi kromosom dari genetik kita. Dari sini belum cukup, publikasi yang lebih heboh adalah dengan meningkatkan konsentrasi secara luar biasa maka otak kita akan mengeluarkan gelombang otak. Gelombang ini diceritakan mempunyai kekuatan luar biasa hebat dan dahsyat, karena hanya dengan memanfaatkan gelombang ini kita bisa melihat dibalik tembok, bahkan mengangkat barang yang sangat berat. Dengan gelombang yang mereka sebut gelombang alpha ini kita bisa mempengaruhi orang lain, kita bisa membaca pikiran guru saat menguji kita, dan kita bisa mempengaruhi fisik dan psikis orang lain termasuk mengobatinya. Kita bisa melihat iklannya yang gila antara lain seperti ini .
Tidak percaya? Jika belum percaya maka kelompok penjaja kehebatan ini akan menjelaskan bahwa fenomena itu bisa dijelaskan secara ilmiah, yaitu dengan ilmu fisika kuantum. Ups, tetapi nanti dulu, benarkah suatu kegiatan non-fisika seperti halnya kesadaran, imajinasi, pengalaman mistis, dan sebagainya bisa dijelaskan melalui dalil ilmiah? Fisika kuantum pula. Jawabnya tentu saja tidak. Bisa lihat pernyataan science academic dalam situs ini. Atau penjelasan dari Skeptics Disctionary disini.
Fisika Kuantum yang disalahgunakan
Jika kita menggoogle dengan kata kunci Fisika Kuantum dalam bahasa Indonesia maka kita akan mendapatkan juga informasi penggunaan pemahaman fisika kuantum untuk menjelaskan soal roh, spirit, setan, dzikir, Tuhan, badan astral (roh keluar dari tubuh) bahkan digunakan pula untuk menjelaskan soal mistik seperti santet dan perdukunan. Tetapi ternyata bukan hanya di Indonesia, sebab asal muasalnya pemikiran ini juga bukan dari Indonesia. Tetapi di Indonesia pemahamannya semakin diperluas dan beradaptasi dengan budaya kepercayaan dan religi Indonesia seperti soal santet dan perdukunan tadi. Di luar negeri seperti Amerika dan Eropa, hanya orang-orang yang bergerak dalam dunia spiritual moderen yang lebih banyak menggunakannya, demi memberikan legitimasi dan
legalitas (palsu) bahwa apa yang ditekuni bukan hanya omong kosong yang tidak bisa diuji secara ilmiah. Sekali lagi, demi memberikan legitimasi legalitas (palsu) bahwa apa yang ditekuni bukan hanya omong kosong yang tidak bisa diuji secara ilmiah.
Asal penyalahgunaan itu sebetulnya pertama kali dilakukan oleh Carl Jung, seorang psikiater dan berkebangsaan Swis. Dalam perjalanan kariernya ia selalu mencoba membuat teori-teori psikologi yang kaitannya dengan dunia mistik, misalnya tentang kehidupan sesudah kematian, kehidupan di masa lalu sebelum kehidupan masa kini, dan spiritualisme. Ia berpendapat bahwa spiritualisme adalah hal terpenting dalam kehidupan. Berdasarkan studinya dalam berbagai agama Timur, seperti Budha, Hindu Taoisme, maupun agama Kristen dan Gnotism, ia membangun teorinya bahwa unsur kimia dari transformasi psikologi (spiritual) manusia disimbolkan dari timbal (lead) sebagai jiwa yang belum sempurna menuju emas (gold) sebagai jiwa yang sempurna. Guna menjelaskan persoalan spiritual dan proses transformasi inilah yang kemudian Jung mendapat kritik luar biasa dari para ilmuwan terutama Wolfgang Pauli dan Albert Einstein. Kritik luar biasa itu karena Jung menggunakan teori fisika kuantum.
Sejauh itu, teori Jung ini dalam dunia psikologi hanya menjadi khasanah wacana, karena tidak dapat diaplikasikan sebagai apa yang disebut ilmiah, karena teorinya tidak dapat dilakukan pengukuran secara empirik sebagaimana tuntutan dalam metodologi penelitian ilmiah. Karena itu berbagai aplikasinya dalam terapi psikologi masih termasuk dalam terapi alternatif atau psedo-ilmiah.
Wolfgang Pauli - Carl Jung yang membuat konflik batin Pauli
Wolfgang Pauli adalah seorang profesor ahli fisika asal Austria yang dalam perjalanan karirnya pernah mendapatkan hadiah Nobel. Keahliannya adalah dalam kekhususan fisika kuantum. Fisika kuantum adalah salah satu cabang ilmu fisika yang membicarakan sifat-sifat fisika dari atom dan gelombang (suara maupun cahaya).
Lahir di Wina tahun 1900 dan meninggal di Zurich tahun 1958, setelah beberapa dekade bekerja di Amerika karena adanya perang di belahan Eropa. Di usia 21 tahun ia sudah meraih gelar doktor fisika dengan disertasinya tentang Fisika Kuantum. Ia lah pionir Fisika Kuantum ini, yang dipelajarinya melalui dalil-dalil realitivitas dan gravitasi dari Einstein.
Di usia yang ke 30 ia menikah dengan Käthe Margarethe Dappner yang seorang penari . Tapi belum setahun usia perkawinan itu ia sudah bercerai yang menyebabkannya mengalami depresi yang parah. Oleh ayahnya ia disarankan pergi ke psikiater. Disitulah ia berkenalan dengan Carl Jung. Dalam sesi terapinya Pauli diminta untuk menceritakan berbagai mimpi-mimpinya. Model terapi ini adalah model yang dikembangkan oleh Jung bahwa mimpi adalah pengalaman spiritual yang bisa menjadi akar permasalahan kejiwaan. Pauli menuliskan berbagai mimpinya hingga hingga 1500 halaman, dan sebanyak 400 halaman dipublikasi oleh Jung sebagai bahan studi kasusnya.
Pauli jugalah yang merupakan sumber inspirasi Jung dalam menjelaskan masalah psikis dan spiritual – dimana energy psikis dan spiritual itu kemudian ia identikkan dengan energy atom dan gelombang yang dibahas dalam fisika kuantum, teori yang dikembangkan oleh Pauli. Korespondensi mengenai hal ini dibukukan dalam buku dengan judul Atom and Archetype. Buku ini merupakan Jung-Pauli dialog. Pada prinsipnya dialog ini merupakan problem dari bagaimana dunia fisika diinterpretasikan dalam dunia psikis (physic-psychic). Sekalipun secara intensif Pauli memikirkan bagaimana ide Jung agar dunia psikis dapat dijelaskan melalui pemahaman fisika namun dalam berbagai artikel ilmiah yang ditulis oleh Pauli menjelaskan bahwa kedua dunia itu sangat berbeda baik metodologi dan objeknya. Pauli menyebut masalah yang digarap oleh Jung adalah masalah individu dan kesadaran (consciousness) non-fisik, bukan materi. Sementara itu fisika merupakan pendekatan fisik, materi, experimen, metodologi kuantitatif, dan matematika, yang sama sekali berbeda dengan pendekatan psikologis dari Jung. Konflik ini ia tuangkan dalam sebuah surat kepada Jung di tahun 1939 (Letter to Jung of May 24, 1939. In: Wolfgang Pauli und C. G. Jung. Ein Briefwechsel. Ed. by C. A. Meier (1992). Berlin: Springer, 3 1.)
Pauli sendiri tertarik pada ide Jung bukan sebagai teori tetapi lebih kepada pengalaman dirinya pada masalah kejiwaan dan kefrustrasiannya pada kesulitannya melakukan eksperimental dalam dunia tehnik. Teman dekatnya menjelaskan bahwa nervus-nya Pauli dalam laboraturium lebih disebabkan karena konfliknya antara ide rasional dan non rasionalnya. Dan bagaimana dalamnya pengaruh Jung terhadap kerja ilmiah Pauli dalam dunia fisika ini, menyebabkan Pauli sampai mengalami konflik sendiri dalam dirinya. Ia harus tetap menjaga filosofi dan etika ilmiah yang metodologis, dalam menjelaskan fenomena alam, bahwa sebagian fenomena itu tidak dapat diformulasikan dalam bentuk matematika sebagaimana bidang garapannya, yaitu fisika kuantum. Tetapi Jung terus menerus ingin menunjukkan bahwa dunia spiritual pun bisa dirumuskan dengan matematika dan fisika.
New Ager ikut membonceng Carl Jung
Jika kita membaca berbagai buku-buku para New Ager yang menjelaskan tentang dunia kesadaran (consciousness) dan psychic, kita akan banyak sekali menemukan nama Carl Jung dan penjelasan fisika kuantum. Bahkan sekarang banyak juga yang menjelaskan tentang brain power dan gelombang otak dengan penjelasan fisika kuantum. Jika kita membaca penjelasan itu seolah ilmiah, tetapi sesungguhnya tidak. Karena jika kita mengikuti perkembangan neuroscience sendiri, dunia neuroscience tidak pernah menjelaskannya melalui fisika kuantum. Wacana para New Ager menjelaskan suatu fenomena spiritual dan mistis dengan menggunakan ide-ide Jung tersebut. Sampai-sampai New Ager menyebut Carl Jung sebagai The Father of New Age
Jika Jung lebih menjelaskan secara “teoritis” dunia spiritual dan mistis, para new Ager justru melakukan kegiatan mistis dan spiritual yang radikal. Mulai dari meditasi, selfhealing, hingga melakukan kontempelasi (berimajinasi secara radikal) yang dipercaya dapat mengeluarkan gelombang dahsyat dari otak. Berbagai “teori” Carl Jung tentang psikologi transpersonalnya digunakan sebagai landasan dasar pemahaman spiritual para New Ager, dan brain power yang dahsyat dijelaskan melalui fisika kuantum menurut pemahaman Jung, bukan pemahaman Pauli dan fisikawan itu sendiri. Misalnya saja yang dijelaskan oleh para ahli fisika yang tergabung dalam organisasi The New York Academi of Science, bahwa tidak ada hubungan antara dunia spiritual dengan fisika kuantum.
Maraknya iklan kesehatan berdalih ilmiah brain wave, dan neuroscience, dapat menyembuhkan seribu macam gangguan mulai gangguan psikis, jiwa, dan fisik, dengan aktivasi otak bisa meningkatkan kecerdasan bahkan menjadi jenius, meningkatkan energy otak (brain power), bahkan meningkatkan kepribadian menjadi pribadi unggul, percaya diri, maupun bisa berkelana dengan badan astral (roh) ke tempat-tempat lain, serta mampu menjadikan kita superhuman. Semua itu kini umumnya dijajakan oleh penjaja New Age. Ilmunya yang diusung lagi-lagi “teori”Jung dengan fisika kuantumnya, yang tentu saja hanya sebatas pseudoilmiah alias nonsen.

1 komentar:

  1. Like this mas bro, pembahasan mengenai permasalahan ini akan selalu menjadi topik yang menarik, seakan-akan para pemikir dalam bidang pseudo-science atau sebutlah para filosof selalu saja memncuri ide para scientist sebagai pembenaran bagi level spiritual yang tengah dialaminya, tentu saja hal ini memberikan dampak moral bagi para filosof karena mereka tak mampu memberikan bukti-bukti empiris atas teori yang dilemparkannya. Kedua dunia ini(science dan pseudo science maksud saya) sama-sama bergelut untuk mencari pengetahuan yang tersembunyi, hanya saja satu bagian-science- memiliki kemungkinan untuk menemukan ataupun tidak menemukan pembuktian atas teori-teori mereka, sedang pada bagian lain-pseudoscience- tidak akan menmukan apapun yang dapat digunakan sebagai pembuktian dari teori-teori spiritualnya. Tetapi bagaimanapun pada akhirnya akan kembali pada pandangan filoofis bahwa,'APA YANG NAMPAK SEPERTI ITULAH YANG TERSEMBUNYI'.

    BalasHapus